Toleransi : Kata Bijak Hindu
Mendengar kata Toleransi, kita akan membayangkan suatu itu terjalin dengan baik, damai, indah, serasi, selaras, penuh kebahagiaan dan segala yang baik-baik, indah-indah dan berbagai hal positif lainnya. Pada saat yang sama saat kita membaca berita tentan Intoleransi, segera akan terbayang sesuatu kekerasan, kekacauan, kengerian, kegelisahan dan hal-hal yang kurang menentramkam. Bila dikutip dari Wikipedia; Toleransi secara bahasa berasal dari bahasa latin “tolerare”, toleransi berarti sabar dan menahan diri. Toleransi juga dapat berarti suatu sikap saling menghormati dan menghargai antar kelompok atau antar individu dalam masyarakat atau dalam lingkup lainnya. Sikap toleransi dapat menghindari terjadinya diskriminasi, walaupun banyak terdapat kelompok atau golongan yang berbeda dalam suatu kelompok masyarakat.
Mari Simak Vidio Toleransi Beragama di Provinsi Banten
Dalam agama Hindu sikap Toleransi telah diwariskan oleh para leluhur-leluhur kami, pendahulu kami, orangtua dari orangtua tua kami yang tertua, kita memang harus hidup ber-Toleransi dengan setiap orang. Kita harus menjalin hubungan baik, hormat menghormati terhadap kelompok lain, terhadap agama lain dan terhadap hal di luar kita. Ajaran Agama Hindu yang diwariskan itu adalah Tri Hita Karana. Tri Hita Karana adalah hubungan ketiga kita yang harus senantiasa harmonis, yaitu hubungan manusia dengan Tuhan (Parahyangan), hubungan manusia dengan alam semesta (Palemahan) dan hubungan manusia dengan manusia (Pawongan). Dasar ini pulalah kenapa Umat Hindu senantiasa melaksanakan Yadnya dalam segala aktivitasnya. Dalam menyambut Tahun Baru pun umat Hindu melaksanakan Yadnya, yaitu kegiatan Melasti. Melasti menjalin hubungan dengan ketiga hal diatas, kepada Tuhan, Alam dan Manusia. Dengan manusianya kita harus ber-Toleransi, agar tercipta kedamaian, dengan damai pula kita dapat ber-Yadnya.
Toleransi merupakan kata bijak Hindu yang senantiasa disampaikan dengan penuh kesadaran agar tercipta kedamaian yang nyata. Tak ada hal yang paling indah selain hidup guyub, damai, rukun dan menyenangkan.
Artikel Terkait :
Mengukur Keberhasilan Tri Hita Karana
Parade Ogoh-Ogoh Bali di Serang
Parade Ogoh-Ogoh Bali dalam rangka Perayaan Hari Raya Nyepi 1937 di Propinsi Banten diadakan di Lapangan Kopassus Grup 1 Serang Banten. Ada 6 peserta Parade Ogoh-Ogoh ini yang semuanya merupakan kreativitas anak-anak muda atau Sekeha Truna Truni (STHD) dilingkungan banjar se-Propinsi Banten. Parade Ogoh-Ogoh Bali di Serang ini adalah kegiatan yang sangat positif dalam mempertemukan, mempersatukan, meningkatkan solidaritas, kreativitas anak Bali diperantauan. Tidak kalah bagus, unik, dan indahnya kreasi-kreasi kami yang ada di Serang Banten ini.
Berikut foto dokumentasi kegiatan Parade Ogoh-Ogoh di Serang Banten, pada Jumat 20 Maret 2015. Continue reading →
Juru Tulis Banjar
Juru Tulis Banjar. Keadaan Banjar di Bali dibedakan atas banjar yang besar dan banjar yang kecil. Bila anggotanya lebih dari 50 kuren (keluarga) disebut banjar besar, demikian pula sebaliknya dengan banjar kecil. Banjar yang besar dibagi lagi menjadi kelompok kecil yang disebut Tempek. Penamaan Tempek berdasarkan lokasi dari letak bale banjarnya, seperti tempek kangin, tempek kauh, tempek kaja, tempek delod pempatan dan lain sebagainya.
Banjar dipimpin oleh Kelihan Banjar, sedangkan Tempek dipimpin oleh kelian Tempek. Struktur organisasi Banjar di Bali bervariasi, baik komposisi pengurusnya maupun namanya. Kendati demikian secara umum komposisi pengurus banjar di Bali adalah : Continue reading →