Category Archives: weda

Catur Marga Yoga atau Catur Yoga

Catur Marga Yoga atau Catur Yoga

            Catur Marga Yoga berarti empat jalan untuk mempersatukan Atman dengan Brahman, terdiri dari pada :

  1. Jnana Marga Yoga (Jnana Yoga)
  2. Karma Marga Yoga (Karma Yoga)
  3. Bhakti Marga Yoga (Bhakti Yoga)
  4. Raja Marga Yoga (Raja Yoga)

 Adapun uraian Catur Yoga yaitu :

Jnana Marga Yoga (Jnana Yoga) : ialah jalan untuk dapat mempersatukan Atma dengan Brahman (Tuhan) berdasarkan kebijaksanaan atau pengetahuan inti hakekat filsafat (Tattwa), kerohanian, keparamarthan. Para Jnanin (Bijaksanawan) dapat menguasai dua macam pengetahuan; Apara Widya (ilmu pengetahuan biasa) dan Para Widya (ilmu pengetahuan tingkat tinggi), mengikuti hakekat Atma dengan Brahman.

 Bhagawad Gita XIII.26 :

“Mahluk apa saja yang lahir, bergerak atau tidak bergerak, O, Arjuna, adalah muncul dari persatuan antara lapangan (ksetra) dan yang mengetahui lapangan (ksetrajna).”

 “Mereka yang melihat dengan mata pengetahuannya perbedaan antara lapanga (ksetra) dan yang mengetahui lapangan (ksetrajna) dan pembebasan mahluk dari alam (prakreti), mereka mencapai Yang Maha Tinggi.”

 “Persembahan korban berupa pengetahuan adalah lebih agung sifatnya dari korban benda yang berupa apapun juga, O, Arjuna, sebab segala pekerjaan dengan tak terkecualinya memuncak di dalam kebijaksanaan.”

 Bhakti Marga Yoga (Bhakti Yoga) : ialah jalan untuk mempersatukan antara Atman dengan Brahman berdasarkan Satya yang murni, cinta kasih (kasih sayang) yang tulus ikhlas terhadap Tuhan (Sang Hyang Widdhi) tidak menghitung-hitung untung-rugi, hidup-mati, pasrah dengan bhakti suci berkesadaran tinggi kehadapan Tuhan.

        Seorang Bhakta  yang kuat bathinnya melaksanakan baktinnya akan dapat mencapai kesempurnaan, kebahagiaan yang kekal abadi.

Bhagawad Gita XII.2 : Continue reading →

Bhagavadgita II.47

Karmany Evādhikāraste

Mā Phaleshu Kadācana

Mā Karma Phala Hetur Bhūr

Mā Te Sango`Stv Akarmaṇy

                        (Bhagavadgita II.47)

Kewajibanmu Kini Hanya Bertindak

Bekerja Tanpa Terikat Pada Hasil

Jangan Sekali Pahala Menjadi Motifmu

Jangan Pula –

Hanya Berdiam Diri Jadi Tujuanmu

Gods ; Goddesses in Hinduism

Gods & Goddesses in Hinduism
The Basics of Hinduism
Hinduism is generally associated with a multiplicity of Gods, and does not advocate the worship of one particular deity. The gods and goddesses of Hinduism amount to thousands or even millions, all representing the many aspects of only one supreme Absolute called “Brahman”.

Therefore, to believe that the multiplicity of deities in Hinduism makes it polytheistic is erroneous. The Rig Veda says: “Ekam sath, Vipraah bahudhaa vadanti” (The Truth is one). However, to equate “Brahman” with “God” is imprecise. It is neither the “old man in the sky” concept, nor the idea of something capable of being vengeful or fearful.

The doctrine of Spiritual Competence (‘Adhikaara’) and that of the Chosen Deity (‘Ishhta Devata’) in Hinduism recommend that the spiritual practices prescribed to a person should correspond to his or her spiritual competence and that a person should have the freedom to choose (or invent) a form of Brahman that satisfies his spiritual cravings and to make it the object of his worship.

Continue reading →

Penciptaan Dunia dan Isinya

Pada awal tidak ada lahir dan mati, demikian juga siang dan malam. Pada waktu itu hanya ada Tama (kegelapan). Setelah itu Tuhan melaksanakan tapa (Yajna) untuk mengevaluasi Rta (hukum abadi) dan Satya (kebenaran). Pertama-tama tercipta air. Disanalah telur Hiranyagarbha berada (Hiranya berarti emas Garbha berarti kandungan), yaitu sebuah telur yang berwarna seperti emas. Baca Brahman Dalam Wujud Brahma

Telur Hiranyagarbha mengapung di atas air, yang kemudian berubah menjadi prathivi (bumi) dan angkasa. Setelah diciptakannya prathivi lalu diciptakanlah tumbuh-tumbuhan (banaspati) kemudian burung-burung, binatang dan manusia. Pada waktu itu Tuhan memberikan ajaran Veda kepada empat Rsi tentang empat Veda. Baca Catur Weda

Sebelum menciptakan dunia, hanya ada Tuhan, tanpa tergantung pada siapapun, yang kemudian mengucapkan “aham bahu syam” yang berarti; saya ingin menjadi banyak. Sejak saat itu mulailah penciptaan dunia oleh Tuhan.

Periode waktu disebut Yuga, terdiri dari : Krita atau Sathya yuga (4×432.000 tahun), Treta yuga (3×432.000 tahun), Dvapara yuga (2×432.000 tahun), Kali yuga (432.000 tahun). Jumlah total dari keempat yuga tersebut adalah Kalpa (4.320.000 tahun). Pada jaman Krita, manusia hidup 4 ribu tahun (ada satu Veda), pada zaman Treta, manusia hidup 3 ribu tahun (Veda ada 4), pada zaman Dvapara manusia hidup 2 ribu tahun (purana-purana), dan dalam zaman Kali, manusia hidup 100 tahun (tantra). Zaman Kali dimulai sejak tahun 3102 SM, perilaku manusia yang homosek, dan terjadi pertengkaran.

Pada akhir Kalpa atau Kali yuga, akan terjadi Pralaya, atau banjar besar. Lalu Kalpa lain akan mulai. Pada waktu Pralaya, Wisnu akan menjadi Avatara kesepuluh dikenal dengan nama Kalki. Sumber sinopsis Agama Hindu, oleh Nyoman Sedana-PHDI Banten. (RANBB)

 

Kitab Suci; Sumber dan Hakekat Kebenaran

 SUMBER KEBENARAN

Jika ingin mengetahui kebenaran, pahamilah secara cerdas wahyu Tuhan lalu bandingkan dengan tafsir-tafsirnya serta dengan aturan-aturan moral/etika/susila yang berlaku dalam sosial masyarakat. Jika demikian maka akan sempurnalah pemahaman kita tentang apa sesungguhnya kebenaran dan kebajikan itu.

Weda Kitab Suci Agama Hindu. Sesungguhnya semua kitab suci adalah wahyu Tuhan, ia adalah petunjuk bagi umat manusia untuk hidup damai dan sejahtera, ia adalah sumber dari segala sumber kebajikan dan kebenaran. Apa yang telah terjadi, apa yang sedang terjadi, dan apa yang akan terjadi terkandung dalam wahyu Tuhan

Wahyu Tuhan hendaknya dipelajari dengan benar, dengan jalan mempelajari terlebih dahulu tafsir-tafsirnya, sebab Wahyu Tuhan sungguh takut jika dipelajari oleh mereka yang memiliki kedangkalan pemahaman dan sedikit pengetahuan. Sebab bagi mereka yang sedikit pengetahuan dan dangkal dalam analisis, wahyu Tuhan hanya akan dijadikan pembenar dari tindakan-tindakannya yang sesat.

Yang patut dicamkan secara mendalam adalah kebenaran universal dalam wahyu Tuhan, kebenaran universal dalam tafsir-tafsirnya, dan kebenaran universal dari mereka-mereka (orang suci) yang hatinya telah tercerahi oleh kebajikan dan kebenaran.

 HAKEKAT KEBENARAN

Weda Kitab Suci Agama Hindu. Apa pun yang ditimbulkan oleh pikiran, perkataan, dan perbuatan yang tidak menyenangkan bagi dirimu, apapun yang menimbulkan duka dan sakit hati bagi dirimu; janganlah hendaknya yang menimbulkan keadaan seperti itu engkau lakukan pada orang lain. Perbuatan apapun yang tidak engkau sukai menimpa dirimu, janganlah perbuatan seperti itu engkau timpakan kepada orang lain.

Continue reading →