Tabuh Angklung Sekeha Gong Dan Angklung Kelodkauh SGAK Abianbase Gianyar
Tabuh Angklung Sekeha Gong Dan Angklung Kelodkauh SGAK Abianbase Gianyar. Bali Mula Bali Aga; Upacara Mendak Nuntun Nyegara Gunung Warga Panti Penyuwungan Dajanan Abianbase Gianyar #balimula #baliaga #penyuwungan #abianbase Upacara Nyolasin Warga Panti Penyuwungan Dajanan Abianbase Gianyar dilanjutkan Upacara Mendak Nuntun Nyegara Gunung- Balinese Culture Angklung Banjar Kelodkauh Abianbase Gianyar – Balinese Gamelan #penyuwungan #nyolasin #nyegaragunung Kegiatan upacara nyolasin dan nyegara gunung umat Hindu Bali penyuwungan. Umat Hindu Bali Aga Bali Mula. Pura Panti Penyuwungan Dajanan Abianbase Kelodkauh Gianyar Bali. Gianyar, 24 Februari 2024 #sahabatgamelan #balineseculture #balinesedance #balinesetradition #balinesemusic #gamelanbali #balinesegamelan #balinesetrip
Melukat Dan Mehening-Hening; Pinandita Dan Serati Banten JaBoDeBaBek Tahun 2024
Sesuai hasil rapat ketiga yang sekaligus Rapat Finalisasi Panitia KATNING ( Melukat dan Mehening-hening) Pinandita dan Serati Banten JaBoDeBaBek Tahun 2024, di ruang kelas Pasraman Pura Agung Taman Sari, Halim PK. Minggu, tgl.14-1-2024 titiyang sampaikan beberapa penekanan utk dipedomani sehingga acara berjalan dg tertib lancar dan aman sbb :
Manggala Tiga Sulinggih/sang Katrini Katon (Ida Siwa, Ida Boda, Ida Bhujangga).
- Ida Pedanda Gede Sebali Mahardika Waisnawa (Ida siwa).
- Ida Pedanda Gede Panji Sogatha (Ida Boda)
- Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Kertananda (Ida Bhujangga)
Sulinggih/wiku Saksi:
1.Pandita Dharma Putra Paseban & Stri
2.Pandita Mpu Mas Vira Bhaskara Dharma Jaya.&Stri
- Ida Pedanda Made Putra Kemenuh & Stri
Peserta yang sudah mendaftar melalui PENGEMPON pura sampai saat ini sejumlah 650 .diperkirakan masih akan bertambah sehingga panitia menyiapkan utk sarpras dll sebanyak 700 orang.
Peserta di harapkan sudah sampai di tempat pkl. 06.00 untuk mengisi Absensi, disediakan Wellcome Drink Kopi, Teh dan Snack. Selanjutnya Pkl. 06.45 semua peserta sudah masuk ke Utama Mandala. Dilanjutkan pencerahan oleh Ide Rsi Bhujangga waisnawa kertanandha sekitar 15 menit. Dilanjut Sulinggih Munggah mePuja.
Mengingat tempat Parkir terbatas, mohon peserta atau pemedek dri masing 2 pura atau Banjar menggunakan mobil secara berkelompok/ bersama.
Untuk Persembahyangan setiap Korda/Pura mohon berkenan membawa Dupa, Bunga dan Kwangen sesuai jumlah peserta.
Makna Upakara; Kwangen, Daksina dan Segehan
Makna Upakara; Kwangen, Daksina dan Segehan
Om Swastiastu;
Om Anobhadrah krtavoyanthu visvatah ; semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru
Pinandita Lanang Istri yang sudah disucikan yang saya hormati
Yang saya hormati; Sesepuh dan Penasehat Banjar
Yang saya hormati; Ketua dan Pengurus Banjar Ciledug
Yang saya hormati; ketua dan Pengurus Tempek se Banjar Ciledug
Dan Umat Sedharma yang berbahagia.
Pada hari ini saya ……………….. akan membawakan Dharma Wacana yang berjudul Makna Upakara; Kwangen, Daksina dan Segehan
Pertama-tama saya menghaturkan rasa puja dan puji syukur kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa, Sesuhunan Yang Melinggih di Pura Dharma Sidhi karena atas asung kerta waranugraha-Nya lah saya dan kita semua dapat hadir dalam persembahyangan ini dalam keadaan sehat walafiat.
Bapak-Ibu Umat Sedharma yang berbahagia;
Pengertian Kwangen
Merupakan bentuk persembahan yang dipakai untuk menyembah Ista Dewata yaitu aspek Tuhan yang dimohon hadir dalam persembahyangan tersebut untuk menerima persembahan atau bhakti para pemujanya.
Cara memakainya
Karena Kewangen simbol Tuhan maka memakainya hendaknya sedemikian rupa sehingga muka kewangen berhadapan muka dengan pemakainya atau penyembahnya. Yang merupakan muka adalah uang kepeng, bila tidak ada uang kepeng dapat diganti dengan uang logam.
Bahan-Bahan Kwangen
Umat Sedharma yang berbahagia;
Kewangen dibuat, tempatnya dari daun pisang atau janur yang dibentuk kojong. Isi kewangen, daun-daunan (plawa), bunga, uang kepeng dan porosan silih asih.
Adapun yang disebut porosan silih asih adalah dua helei daun sirih yang diisi kapur, gambir dan buah pinang, diatur sehingga bila digulung kelihatan bolak-balik baik bagian perut maupun punggungnya.
Umat Sedharma yang berbahagia;
Selanjutnya kami akan sampaikan perihal Daksina
Kata Daksina mengandung arti Brahma, kemudian Brahma menjadi Brahman yaitu Sang Hyang Widhi. Daksina dibuat sebagai simbol manifestasi dari Brahman sendiri atau Hyang Widhi.
Bahan-bahan, isi dan makna simbol dalam Daksina :
Kalau melihat banyaknya isi dari daksina dan makna yang terkandung dalam tersebut, sebetulnya merupakan permohonan pada Ida Sang Hyang Widhi.
Mengenai telor kenapa harus telor itik, karena itik sifatnya baik, dapat membedakan yang kotor dan yang bersih, tidak mau bertengkar. Jadi kalau memakai telor itik seolah-olah persembahan itu permohonan agar kita dianugerahi kebijaksanaan oleh Hyang Widhi.
Umat Sedharma yang berbahagia;
Kita lanjutkan dengan Segehan
Upacara Mesegeh adalah upacara Dewa Yajna yang dilaksanakan pada Kajeng kliwon : Sang Kala Bucari yaitu halaman rumah, kemudian Sang Bhuta Bucari yaitu halaman merajan dan Sang Dewi Durga yaitu dipintu luar.
Adapun Bahan segehan meliputi :
- Nasi (sega) ditaruh dalam tangkih (alas dari janur berbentuk segitiga)
- untuk dihalaman rumah 4 warna (putih, merah, kuning dan hitam) masing-masing dalam tangkih ditaruh di 4 arah mata angin
- untuk di merajan/sanggah : 5 warna masing-masing ditaruh ditangkih (putih, merah, kuning, hitam dan ditengah pancawarna/brumbun)
- untuk didepan pintu keluar halaman pekarangan 1 warna putih dalam 9 tangkih (8 mata angin 1 ditengah), beras, uang kepeng (2bh) base (sirih), benang putih dalam 1 tangkih bawang (merah), jahe (putih) dan garam areng (hitam) dalam 1 tangkih canang yasa atau plaus sampian tangas dan bunga.
- api takep atau dupa
- air (tirtha) dan bunga dalam batil (tiap tampat disediakan 1 batil tirtha.
Bahan ini semua ditaruh dalam tamas, sehingga perlu 3 buah tamas banten segehan, juga api takep/dupa dan tirtha masing-masing harus ada.
Bapak-Ibu Umat Sedharma yang berbahagia;
Harapan saya dari apa yang telah saya sampaikan dapat bermanfaat bagi kita semua, Jika ada kekurangan dalam penyampaian dharma wacana ini saya mohon maaf. Karena tidak ada manusia yang sempurna, tiada gading yang tak retak. Akhir kata saya tutup dengan paramasantih.
Om Santih, Santih, Santih Om…