Category Archives: Dharma Kewajiban Hindu

Bondress Lucu Banjar Ciangsana Bogor Dharma Santi Nasional 2022

Bondress Lucu Banjar Ciangsana Bogor Dharma Santi Nasional 2022 Courtesy : PHDI Pusat Channel PLEASE SUBSCRIBE – LIKE – COMMENT – SHARE SIMAK JUGA : Tari Rejang Dedari https://youtu.be/O8ca05vexmQ Bondress Banjar Ciangsana Bogor https://youtu.be/iXocrP5mkns Tabuh Pembuka https://youtu.be/vIigwBHqM3E Dewa Budjana Trie Utami Dharma Santhi Nyepi 2022 https://youtu.be/fM7wBBklc4I Sloka Wedawakya https://youtu.be/WBWTpMfQo9I

Berapa Milyar Hutang Ke Orangtua ? Petuah Merdah Tualen Wayang Cengblong

Berapa Milyar Hutang Ke Orangtua Petuah Merdah Tualen Wayang Cengblong PLEASE SUBSCRIBE – LIKE – COMMENT – SHARE Tonton Cuplikan Terbaru Terlucu lainnya : Geguritan Jangkrik Ngibing https://youtu.be/Bev7PojcWdY Tutur Nang Klenceng kin Raksasa https://youtu.be/dn7WybvuYKo Sesuluh Hidup Nang Malen https://youtu.be/gvc7aZ6kyG0

Gargita Swara : Megambel & Persembahyangan Hari Raya Kuningan

PLEASE SUBSCRIBE – LIKE – COMMENT – SHARE

Jaman Berubah Kenapa Sifat Manusia Tidak ??

“Nang kenapa ya dari jaman Mahabaratha , Ramayana, Kerajaan, Kemerdekaan, hingga jaman Milenial saat ini sifat manusia tidak berubah ?”, Tanya Rare kepada Nang Belog pada saat mereka sedang menonton televisi, dimana berita televisi hampir seluruh salurannya memberitakan tentang kegiatan pasca pengumuman pemilu ( yach tahu sendirilah). Keadaan alam telah berubah tetapi kenapa ya sifat-sifat manusia selalu sama ? Kemajuan jaman dari primitif hingga modern telah dilalui oleh jaman, tetapi sifat manusia tidak ada yang berubah.

” Jaman adalah suatu keadaan Rare ” jelas Nang Belog. “Sedangkan sifat adalah suatu yang melekat pada diri suatu benda atau objek baik hidup maupun benda mati, sifat air dari jaman sebelum ada handphone juga sifatnya cair, mengikuti bentuk wadahnya, molekulnya bebas bergerak, pergerakannya selalu mencari tempat yang lebih rendah, itulah sifat air. Demikian juga dengan batu, benda mati lainnya, akan selalu sama walaupun dia telah sirna dari muka bumi ini ” lanjut Nang Belog.

Rare mungkin belum bisa mendapatkan jawaban dari Nang Belog, karena pertanyaan yang ia ajukan mengenai sifat yang tidak berubah. “Bisa lebih diperjelas gak Nang ” Tanya Rare sambil menyeruput kopi pahit tanpa gula kesukaannya.

” Sifat manusia dari jaman-ke jaman tidak akan berubah, karena dari jaman ke jaman manusia itu, ya itu-itu saja. Jaman ini ia lahir dengan sifat pemarah, dan pada jaman berikutnya ia lahir lagi juga dengan sifat yang sama, yaitu pemarah “, jawan Nang Belog. Kenapa bisa manusia itu lahir dari jaman yang satu dengan jaman yang lain ? .

Kita percaya akan Punarbhawa, ini merupakan lima (5) dasar Kepercayaan dan Keyakinan agama Hindu, yang diantaranya Percaya akan adanya Tuhan (Brahman), Percaya akan adanya Atman, Percaya akan adanya Karmaphala, Percaya akan adanya Punarbhawa (Samsara) dan Percaya akan adanya Moksa.

Dengan keyakinan ini, yaitu pada percaya dan yakin akan adanya Punarbhawa inilah menyebabkan sifat-sifat manusia tidak berbeda dari jaman ke jaman, justru bisa lebih buruk lagi yang dulunya memiliki sifat pemarah kini menjadi selain pemarah juga penjudi, misalnya.

“Nang … kok semakin ngelantur, dari pertanyaan sifat manusia tidak berubah, sampe bawa-bawa agama ? ” , Tanya Rare semakin tidak mengerti. ” Apakah batu, air juga mengalami Punarbhawa ?” Punarbhawa adalah bahasa Sanskerta yang berarti kelahiran kembali atau lahir lagi, kelahiran baru atau kelahiran berulang-ulang. Punarbhawa juga dapat disebut sebagai Reinkarnasi. Seperti dinyatakan dalam Bhagawadgita V.6 ” Ajo pisanavya yatma, bhutanam iswaro pisan, prakarthim svam adhisthaya, sambhawany atma mayaya” yang artinya ” Meskipun Aku telah dilahirkan, Sikap Ku kekal serta menjadi Iswara, Tetapi Aku memegang teguh sifat KU, Datang menjelma dengan jalan maya “.

Dapat dikatakan bahwa manusia-manusia jaman sekarang ini tidak ada bedanya dengan manusia-manusia terdahulu bahkan hingga jaman batu sekalipun. Ia adalah orang yang sama, dengan sifat yang sama pula, ia telah lahir, hidup, mati kembali lagi lahir, hidup dan mati lagi, begitu terus menerus. Sehingga tidaklah mengherankan bagi Nang Belog yang melihat sifat-sifat manusia seperti pemarah, perusak, penghasut (seperti Sengkuni), atau sifat-sifat yang menyejukkan seperti Dharmawangsa yang senantiasa sabar dan penuh keikhlasan, atau sifat Bima Sena yang berani dan membela kebenaran, dan lain sebagainya.

“Bagaimana mengupayakan agar sifat-sifat tadi bisa berubah ? Apakah harus lahir kembali ? ” Tanya Rare yang penasaran, karena tontonan televisi semakin tidak menentu, berita hoak juga semakin dipercaya, semua informasi ditelan mentah-mentah, sepertinya otak ini adalah tempat sampah yang memiliki memori super Gigabyte. Beragama tetapi sifatnya tidak berubah sama sekali, ikut-ikutan korupsi walaupun sudah berjanji dihadapan Tuhan, aneh memang manusia saat ini. Dulu hanya ada satu Sengkuni, saat ini semakin banyak Sengkuni-Sengkuni lain, tumbuh subur, dulu Sengkuni mengasut Duryodana, kini kembali ia menghasut, bisa jadi orang yang sama ….

Memiliki sebuah pertanyaan apakah sifat-sifat bisa berubah ?, itu adalah suatu perubahan. Dulu mungkin saja hanya menerima suatu sifat yang ada dalam diri kita, lah rasanya aku memiliki sifat pemarah, apakah bisa berubah ?. Perubahan dapat terjadi, dan sangat mungkin terjadi walaupun harus kita lahir berulang-ulang (ber-Reinkarnasi), namun ini harus kita syukuri dan berbahagialah kita telah terlahir sebagai manusia yang dianugrahi sabda, bayu dan idep ini. Mungkin saja dulu kita ini seekor binatang yang baik hati, dengan kebaikan itulah kita berubah menjadi manusia pada kehidupan ini.

Dalam Sloka Sarasamuccaya 2 disampaikan “Manusah sarwabhutesu, warttate wai cubhacubhe, acubhesu samawistam, cubheswewa wakarayet ” yang artinya “Dari semua mahluk yang hidup, Hanya manusia dapat berbuat baik dan buruk, Peleburan perbuatan buruk menjadi baik, hanya dapat dilakukan oleh manusia, itulah menfaatnya menjadi manusia “. Dari sloka ini, melakukan perbuatan baik secara terus menerus dapat merubah sifat-sifat kita sebagai manusia yang awalnya pemarah menjadi penyabar.

Rare semakin memahami hal yang ditontonnya di televisi, bahwasanya hal itu juga telah pernah terjadi pada jaman-jaman sebelumnya, jaman kemerdekaan dimana membutuhkan pejuang-pejuang untuk bisa merdeka, demikian pula saat ini, masih ada sifat-sifat sebagai pejuang. Pejuang pengisi kemerdekaan, mungkin sifatnya sama, sifatnya selalu penuh dengan gairah disaat memperjuangkan sesuatu. Sepertinya sifat-sifat ini lebih disalurkan kepada yang lebih elegan, dulu berjuang dengan fisik, mungkin kini berjuang menggunakan diplomasi atau diskusi untuk mendapatkan solusi.

Ternyata penyebabnya karena sifat-sifat itu ber-Reinkarnasi pada tubuh-tubuh yang baru, dan semoga sifat-sifat baiklah yang akan banyak tumbuh di jaman-jaman yang akan datang….

Pulang ke Jalan Dharma

Percikan Dharma
Pulang ke Jalan Dharma

Oleh : Aris Widodo

Umat se-dharma, bahwa seseorang yang lama pergi pasti membutuhkan waktu yang sangat lama untuk menyesuaikan kembali apa yang diyakininya. Untuk itu perlu pendamping yang selalu mampu meyakinkan ia agar secepatkan membaur di rumah Dharma.

Memang dalam kehidupan ini ada yang harus berjalan sesuai dengan alam agar semua bisa mendapatkan sesuatu yang yang diyakininya. Pada perjalanan sang waktu ia dapat menemukan jati dirinya bahwa ia merasa dirumah sendiri dan mampu mengenang masa lalunya.

Dalam hal ini perlu ada yang dapat membimbingnya agar cepat memahami dan melaksanakan keyakinannya tersebut dengan baik. Itulah yang harus dilakukan untuk membimbing mereka yang telah pulang ke jalan dharma sehingga benar-benar merasakan dharma sebenarnya dalam hatinya.

Namun terkadang kita juga ga peduli saudara kita yang telah pulang ke jalan dharma sehingga katena ga ada kepedulian itu mereka merasa tidak ada tempat yang mereka yakini. Untuk itulah nari kita sambut saudara kita yang telah pulang ke jalan Dharma dengan mengisi dan memberikan siraman rohaninya sehingga mereka benar-benar diperhatikan. Itulah tugas dari Parisada dan umat yang bersinggungan langsung dengan mereka agar mereka merasakan indahnya dan harmonisnya setelah mereka pulang ke jalan Dharma.