Kecerdasan Pikiran Sukar dilacak

Vandalisme

Penderitaan tiada lain tertundanya pemenuhan sejumlah tuntutan yang diajukan oleh keinginan. Keinginan hanyalah penilaian sementara informasi oleh pikiran. Pekerjaan organ mental begitu cepat, sehingga kadang-kadang mana respon pikiran dan mana hasil kesimpulan dari kecerdasan sukar dilacak. Yang jelas pikiran tidak sanggup menilai atau membedakan yang baik dan yang buruk, dia hanya tahu enak dan tidak enak. Untuk membebaskan diri dari penderitaan orang tidak harus membebaskan dirinya dari keinginan, sebab hal itu tidak berguna dan tidak mungkin. Cobalah mulai belajar memberikan peluang kepada kecerdasan untuk menyusun keinginan yang selama ini diperankan oleh pikiran.

Seperti contoh di atas dalam soal sex. Biarkan kecerdasan menyusun dan menganalisa. Sex memang enak, lalu apakah manfaatnya dalam hal itu dilakukan, apakah sekedar mencari sensasi rasa enak itu ? Kecerdasan akan bekerja menjawab hal tersebut, sehingga tahu kapan aktivitas itu dilakukan, dengan siapa, dimana dan seterusnya. Semakin matang tingkat kecerdasan seseorang, maka cara pandangnya tentang hidup ini semakin luas dan luwes. Kecerdasan dibangun berdasarkan pengamatan terhadap pengalaman dan salah satu alat pengamatan itu adalah ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan bukanlah hasil akhir sebuah kebenaran, melainkan alat untuk memahami pengalaman. Orang begitu gampang jatuh pada penderitaan akibat terikat oleh kesan luar objek yang diamati panca indra. Begitu terikat akan materi, maka seketika itu juga muncul keinginan pikiran untuk menguasainnya. Apalagi pikiran tidak biasa diajak berdamai dengan waktu, sehingga begitu keinginan tidak tercukupi meledaklah penderitaan seketika. Cobalah lakukan pendalaman terhadap sesuatu yang diamati secara sabar.

Sumber  buku Bukan SORGA bukan NERAKA, Oleh Nyoman Putrawan, Penerbit Majalah Hindu Raditya, 2006